Senin, 28 Mei 2012

Water Birth

Melahirkan Di Dalam Air (Waterbirth)



melahirkan di airMelahirkan di dalam air atau Water Birth mulai populer di Eropa, terutama Rusia dan Prancis pada tahun 1970-an. Tujuannya saat itu adalah untuk memudahkan lahirnya bayi. Melahirkan dalam air dapat mengurangi rasa sakit pada ibu. Idenya berawal dari pemikiran bahwa janin yang selama sembilan bulan berenang dalam air ketuban dapat lebih nyaman memasuki dunia baru yang juga air. Setelah itu bayi akan bernapas dan menghirup udara.
Namun, ada beberapa resiko pada water birth, misalnya adanya komplikasi pada paru. Kadang bayi kesulitan bernapas ketika berada dalam air. Maka jika ingin melahirkan dalam air, Anda harus dulu berkonsultasi dengan dokter.

Manfaat Melahirkan di Air

Manfaat bagi ibu :
Para pakar kesehatan dibidang ginekologi mengakui bahwa melahirkan didalam air memiliki kelebihan dibanding metode melahirkan lain, yaitu:
. Ibu akan merasa lebih rileks karena semua otot yang berkaitan dengan persalinan menjadi lebih elastis
. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan, sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
. Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat.
  Manfaat bagi bayi :
. Menurunnya resiko cedera kepala bayi.
. Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.

Proses Melahirkan Di Air

Proses dan melahirkan dalam air sama saja dengan melahirkan normal, hanya tempatnya yang berbeda. Dilakukan didalam sebuah kolam cukup besar (berukuran 2 meter) yang terbuat dari plastik atau bath tube dengan benjolan-benjolan pada alasnya agar posisi Anda tidak merosot. Selain kolam plastik, fasilitas pendukung lainnya adalah pompa pengatur air agar tetap bersikulasi, pengatur suhu (water heater) untuk menjaga air tetap hangat, serta termometer untuk mengukur suhu. Kolam yang sudah disterilisasi kemudian diisi air yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh, yaitu sekitar 36-37 Celcius. Ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara didalam perut dan diluar, dan agar bayi tidak mengalami hipotermia.
Selanjutnya Anda mengejan seperti biasa. Mengingat tempatnya di air, bayi yang baru keluar otomatis berendam dulu selama beberapa saat didalam air (sekitar 5-10 detik). Ini tidak masalah karena suhu air hampir sama dengan suhu cairan ketuban tempat bayi "berenang" sebelum dilahirkan. Itu sebabnya ketika baru keluar, bayi tidak menangis, mungkin dia merasa seolah seperti belum lahir karena kondisinya sama antara didalam dan diluar.

Batasan Melahirkan Di Air

Melahirkan diair tetap ada batasan dan pertimbangan medis untuk diperkenankan. Beberapa faktor yang tidak membolehkan persalinan dalam air, antara lain panggul ibu kecil, bayi lahir sungsang atau melintang, ibu yang sedang dalam perawatan medis, ibu memiliki penyakit herpes, serta beberapa keadaan lainnya. Ibu yang mengindap herpes disarankan untuk tidak melahirkan dengan metode ini, karena kuman herpes tidak mati didalam air sehingga dapat menular kepada bayi melalui mata,selaput lendir,dan tenggorokan bayi.
Syarat lainnya, proses melahirkan didalam airtidak bisa dilakukan sembarangan, kendati terlihat mudah. Pengawasan dari pihak medis tetap diperlukan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Resiko Melahirkan di Air

Resiko yang terjadi adalah bayi menelan air. Maka dari itu, air kolam dibuat steril sehingga walaupun tertelan bayi tidak membahayakan. Bayi juga mengalami temperatur shock jika suhu air tidak sama dengan suhu ibu saat dilahirkan, yaitu 36-37 celcius. Resiko pada ibu adalah hiportemia(suhu tubuh terlalu rendah) akibat proses melahirkan yang lebih lama dibandingkan waktu yang diperkirakan.

TIPS :

. Buatlah keputusan yang tepat setelah berkonsultasi dengan dokter. Jika Anda memastikan melahirkan di dalam air, yakinlah itu cara terbaik bagi Anda.
. Mengikuti senam hamil. Senam hamil berguna untuk melatih pernapasan dan melenturkan lubang vagina sehingga memudahkan kelahiran si bayi.
. Pilihlah rumah sakit yang memiliki fasilitas water birth dengan tenaga dpkter dan perawat yang terlatih.

Menopause Dini

Menopause Dini
 
DEFINISI
Menopause Dini adalah suatu keadaan dimana fungsi ovarium (indung telur) dan menstruasi berhenti sebelum usia 40 tahun.

PENYEBAB
Pada menopause dini, kadar estrogen rendah tetapi kadar hormon hipofisa yang merangsang ovarium (terutama FSH) tinggi sebagai usaha untuk merangsang ovarium.
Menopause dini bisa disebabkan oleh:
  • Kelainan bawaan (biasanya kelainan kromosom)
  • Penyakit autoimun (tubuh membentuk antibodi yang menyerang ovarium)
  • Pengangkatan ovarium.
    Merokok bisa menyebabkan menopause dini yang terjadi beberapa bulan lebih awal.

  • GEJALA
    Selain tidak lagi mengalami menstruasi, penderita juga mengalami gejala menopause lainnya seperti hot flashes dan emosi yang tidak stabil.

    DIAGNOSA
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
    Jika diduga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dilakukan pemeriksaan darah untuk mencari adanya antibodi.

    Pada penderita yang berusia dibawah 30 tahun biasanya dilakukan analisa kromosom.
    Jika ditemukan kromosom Y, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat setiap jaringan testis dari perut karena jaringan ini memiliki resiko kanker sebesar 25%.
    Analisa kromosom tidak perlu dilakukan pada wanita yang berusia diatas 35 tahun.

    PENGOBATAN
    Terapi sulih estrogen (TSE) bisa mencegah atau mengatasi gejala-gejala menopause. Penderita menopause dini memiliki peluang kurang dari 10% untuk bisa hamil lagi. Peluang tersebut bisa meningkat sampai 50% jika penderita mengandung sel telur yang berasal dari wanita lain.
    Setelah dibuahi, sel telur dari donor tersebut lalu ditanamkan pada rahim penderita.
    Sebelum hasil pembuahan ditanamkan pada rahim penderita, penderita mendapatkan terapi hormon estrogen dan progesteron sehingga terjadi menstruasi buatan dan lapisan rahim kembali aktif serta siap untuk menjalani kehamilan.

    solusio plasenta

    Solusio Plasenta

    Solusio Plasenta atau pelepasan prematur plasenta, ablasio plasenta, atau perdarahan aksidental didefinisikan sebagai pelepasan plasenta dari tempat implantasi normal sebelum kelahiran janin. Terjadi pada 1:86 sampai 1:206 kehamilan lanjut, tergantung kriteria diagnosis yang digunakan dan menyebabkan kira-kira 30% dari semua perdarahan antepartum lanjut. Sekitar 50% solusio terjadi sebelum persalinan tetapi 10%-15% tidak terdiagnosis sebelum kala dua persalinan.
    ETIOLOGI

    Penyebab pasti lepasnya plasenta biasanya tidak diketahui meskipun ada sejumlah asosiasi umum. Adanya riwayat pelepasan prematur plasenta sebelumnya mempunyai angka kekambuhan 10%-47%; setelah dua kali pelepasan prematur sebelumnya, insidennya menjadi >20%. Kehamilan dengan hipertensi mempunyai insiden solusio plasenta sebesar 2,5%4-7,9%. Namun, dari kasus-kasus yang cukup berat untuk menyebabkan kematian janin, kira-kira 50% terkait dengan hipertensi dalam kehamilan (separuh terkait dengan hipertensi kronis dan separuh terkait dengan hipertensi dipicu kehamilan). Predisposisi pelepasan plasenta lainnya yang sering adalah merokok, peregangan uterus berlebihan(misalnya kehamilan multipel,hidramnion),penyakit vaskular (misal, diabetes melitus, kelainan kolagen), anemia hemolitik mikroangiopati dan anomali atau tumor uterus. Terdapat penyebab yang memicu langsung (hanya pada 1%-5%) terjadinya solusio plasenta, yaitu plasenta sirkumvalata, trauma uterus langsung (misal, versi luar, kecelakaan mobil dan kecclakaan lainnya), pengurangan mendadak cairan amnion atau tali pusat yang pendek.

    DIAGNOSIS
    Tanda dan gejala bervariasi dan dapat diperkirakan berdasarkan besarnya masalah. Namun, gejala solusio plasenta yang umum adalah perdarahan per vaginam berwarna merah gelap (80%), iritabilitas uteri (dua pertiga) dan nyeri punggung atau perut bagian bawab (dua pertiga). Kesalahan diagnosis persalinan prematur kira-kira 20%. Gawat janin terdapat pada >50% kasus.
    Karena adanya faktor-faktor pelindung pada ibu hamil yang sehat, mungkin sudah terjadi kehilangan darah akut yang cukup banyak sebelum terjadi anemia. Karena itu, pada solusio plasenta, jumlah perdarahan seringkali jauh melebihi derajat anemia. Apusan darah perifer mungkin menunjukkan skistosit (mendukung ke koagulasi intravaskular diseminata, DIC). Penurunan jumlah trombosit dan depresi fibrinogen umum terjadi pada kasus-kasus yang lebih berat. Pada DIC, akan ada peningkatan kadar produk pemecahan fibrin.

    PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
    Berbagai mekanisme patofisiologi yang terjadi pada solusio plasenta sudah diusulkan, termasuk trauma vaskular setempat yang menyebabkan gangguan pembuluh darah desidua basalis, peningkatan mendadak tekanan vena uteri yang menyebahkan pembesaran dan pemisahan ruang intervilosa, faktorfaktor mekanis (misal, tali pusat pendek, trauma, kehilangan mendadak cairan amnion) dan kemungkinan permulaan ekstrinsik kaskade koagulasi (misal, trauma dengan pelepasan tromboplastin jaringan).
    Perdarahan dapat terjadi ke dalam desidua basalis atau langsung retroplasenta dari arteri spiralis yang ruptur. Pada kedua kasus ini terjadi perdarahan, terbentuk bekuan darah, dan permukaan plasenta tidak memungkinkan terjadinya pertukaran antara ibu dan placenta. Bekuan darah akan menekan plasenta yang berdekatan dan darah yang tidak membeku mengalir dari tempat tersebut. Pada perdarahan tersembunyi ataupun tampak (eksternal), darah dapat keluar melalui selaput ketuban atau plasenta. Keadaan ini memberikan makna penting karena mungkin menunjukkan perdarahan ibu-janin, perdarahan fetomaternal, perdarahan ibu ke dalam cairan amnion atau emboli cairan amnion.
    Kadang-kadang perdarahan hebat dalam miometrium menyebabkan uterus berwarna keunguan, ekimotik dan berindurasi (apopleksi uteroplasenta, uterus Couvelaire) dan kehilangan kontraktilitas.
    Pada pelepasan plasenta berat mungkin terjadi DIC. Secara klinis, diatesis perdarahan terdiri atas petekie meluas, perdarahan aktif, syok hipovolemik dan kegagalan mekanisme pembekuan darah. Meskipun tidak dapat diamati secara langsung, fibrin tertumpuk dalam kapiler kecil, menyebabkan komplikasi yang menakutkan, misalnya: nekrosis tubular dan korteks ginjal, kor pulmonale akut dan nekrosis hipofisis anterior (sindrom Sheehan).

    DIAGNOSIS BANDING
    A. Penyebab perdarahan nonplasenta. Biasanya tidak nyeri. Ruptur uterus dapat menyebabkan perdarahan per vaginam tetapi, jika banyak, disertai dengan rasa nyeri, syok dan kematian janin.

    B. Penyebab perdarahan plasenta. Plasenta previa disertai perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya terdiagnosis dengan ultrasonografi.

    C. Penyebab perdarahan yang tidak dapat ditentukan. Pada paling sedikit 20% kasus, penyehab perdarahan antepartum tidak dapat ditentukan. Namun, jika masalah-masalah serius dapat disingkirkan, perdarahan tidak terdiagnosis ini jarang berbahaya.

    PENGOBATAN
    A. Tindakan darurat. Jika terjadi defisiensi, mekanisme pembekuan harus dipulihkan sebelum melakukan upaya apapun untuk melahirkan bayi. Berikan kriopresipitat, FFP atau darah segar. Berikan terapi anti syok. Pantau keadaan janin terus menerus. Pecahkan selaput ketuban, jika mungkin, terlepas dari kemungkinan cara pelahiran yang akan dipakai.

    B. Tindakan spesifik.
    Derajat 1. Jika pasien tidak dalam persalinan, tindakan menunggu dengan pengawasan ketat merupakan indikasi, karna pada banyak kasus perdarahan akan berhenti secara spontan. Jika persalinan mulai terjadi, siapkan persalinan per vaginam jika tidak ada komplikasi lebih lanjut.
    Derajat 2. Siapkan pelahiran per vaginam jika persalinan diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 6 jam, terutama jika janin mati. Seksio sesarea sebaiknya dilakukan jika terdapat bukti kuat adanya gawat janin dan bayi mungkin hidup.
    Derajat 3. Pasien selalu dalam keadaan syok, janin sudah mati, uterus tetanik dan mungkin terdapat defek koagulasi. Setelah memperbaiki koagulopati, lahirkan per vaginam jika dapat dikerjakan dalam waktu sekitar 6 jam. Persalinan per vaginam tampaknya paling baik untuk pasien multipara. Jika tidak, kerjakan seksio sesarea.

    Tindakan-Tindakan Bedah
    Seksio sesarea merupakan indikasi jika persalinan diperkirakan akan berlangsung lama (lebih dari 6 jam), jika perdarahan tidak memberi respons terhadap amniotomi dan pemberian oksitosin encer secara hati-hati, dan jika terjadi gawat janin dini (tidak berkepanjangan) dan janin mungkin hidup.
    Histerektomi jarang diperlukan. Uterus Couvelaire sekalipun akan berkontraksi, dan perdarahan hampir akan selalu berhenti jika defek koagulasi sudah diperbaiki.

    PROGNOSIS
    Angka kematian ibu di seluruh dunia akhir-akhir ini antara 0,5% dan 5%. Sebagian besar wanita meninggal karena perdarahan (segera atau tertunda), gagal jantung atau gagal ginjal. Diagnosis dini dan terapi yang tepat akan menurunkan angka kematian ibu sampai 0.3%-1%. Angka kematian janin berkisar 50% sampai 80%. Sekitar 30% janin dengan pelepasan prematur plasenta dilahirkan cukup bulan. Pada hampir 20% pasien dengan solusio plasenta tidak didapati adanya denyut jantung janin ketika dibawa ke rumah sakit, dan pada 20% lainnya akan segera terlihat adanya gawat janin. Jika diperlukan transfusi ibu segera, angka kematian janin mungkin paling sedikit 50%. Kelahiran kurang bulan terjadi pada 40%-50% kasus pelepasan prematur plasenta. Bayi meninggal karena hipoksia, prematuritas atau trauma persalinan.

    Rabu, 23 Mei 2012

    REKAM MEDIS PADA BPS


    1.1 DEFENISI REKAM MEDIS

                Definisi Rekam Medis dalam berbagai kepustakaan dituliskan dalam berbagai pengertian, seperti dibawab ini:
    1. Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.

    2. Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989:
    Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

    3. Menurut Gemala Hatta
    Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

    4. Waters dan Murphy :
    Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan”.

    5. IDI :Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien.



    1.2 SISTEM AKSES REKAM MEDIS DI BPS
                Pada BPS pengaksesan rekam medik tidak sama dengan rumah sakit ataupun puskesmas. di BPS pengaksesan rekam medik  tergantung atau melalui bidan yang berpraktek di sana. Jika ada dari pasien ingin mengambil rekam mediknya karena sesutu hal,maka pasien harus meminta izin dulu terhadap bidan yang bersangkutan.

    1.3 ALUR PASIEN MASUK – PULANG
                Di BPS pasien tidak perlu mengambil karcis terlebih dahulu untuk berobat. Pasien hanya masuk dan bidanpun akan mengambil status pasien. Tetapi jika pasien ini baru,bidan akan membuatkan status baru untuknya.
    Alur pasien masuk - pulang pada BPS:
    Pasien ( umum )                   di ambil statusnya                 Melakukan pemeriksaan
                  Pemberian obat                   Administrasi                  Pulang

    Pasien ( partus )               Pengambilan status ( statusnya beda dengan pasien umum )
                 Pemeriksaan                Pertolongan              Perawatan postpartum ( 2-3 hari )
                 Administrasi               Pasien pulang

    1.4 PENYIMPANAN REKAM MEDIK
                Penyimpanan rekam medik berbeda pada BPS. Pada BPS rekam medik pasien bisa disimpan selamanya. Hal ini tergantung kepada bidan itu sendiri. Jika bidan menginginkan jangka waktu,maka penyimpanannya pun memiliki jangka waktu tertentu. Seperti pada BPS yang kami kunjungi,bidannya hanya menyimpan rekam medik selama 2 tahun dan setelah itu rekam medik tersebut akan dimusnahkan.
                Letak penyimpanan rekam medik pada BPS tidak pada ruangan tersendiri, penyimpanannya diletakkan pada ruangan bidan dengan menggunakan rak – rak yang berbahan besi ataupun pada laci meja bidan.

    1.5 PEMUSNAHAN REKAM MEDIK
                Pada bidan praktek swasta,pemusnahan rekam medik ini tergantung pada bidannya masing – masing. Ada beberapa bidan yang hanya meninggalkan inform concernt saja pada status pasien dan ada bidan yang meninggalkan riwayat pasien masuk – pulang,pengobatan dan inform concernt. Yang penting, bidan meninggalkan inform concernt sebagai jaminan hukum.
                Pemusnahan rekam medik di BPS juga tidak ada ikatan waktu. Jika bidan menginginkan pemusnahan itu sekarang,maka rekam medik tersebut akan dibakar sekarang juga.

    GINJAL PADA KEHAMILAN


    Penyakit ginjal di Kehamilan
    Penyakit ginjal dapat mempengaruhi hasil kehamilan, kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan pra-ada penyakit ginjal, dan kehamilan sendiri dapat menyebabkan gangguan ginjal . Sistem ginjal mengalami perubahan fisiologis dan anatomis penting selama kehamilan normal:
    • Aliran plasma ginjal meningkat sebesar 50-70% pada kehamilan (perubahan yang paling diucapkan dalam dua trimester pertama).
    • Ada filtrasi glomerulus meningkat rate (GFR), yang puncak pada sekitar minggu ke-13 kehamilan dan dapat mencapai tingkat hingga 150% dari normal.
    • Oleh karena itu, baik tingkat urea dan kreatinin menurun.
    • Peningkatan kadar progesteron pada awal kehamilan meningkatkan relaksasi otot polos arteri dan menurunkan resistensi vaskular perifer, menyebabkan penurunan tekanan darah sekitar 10 mm Hg dalam 24 minggu pertama kehamilan.
    • Perubahan fungsi tubulus dengan peningkatan glikosuria juga terjadi (lihat fungsi ginjal pada kehamilan, di bawah).
    • Perubahan anatomi terutama dalam sistem pengumpulan. Sebuah dilatasi ureter dan pelvis terjadi, yang dapat menyebabkan stasis urin dan peningkatan risiko mengembangkan infeksi saluran kemih (UTI).
    • Ada juga peningkatan ukuran ginjal secara keseluruhan sekitar 1-1,5 cm.
    • Secara umum, perubahan fisiologis puncak pada akhir trimester kedua dan kemudian mulai kembali ke tingkat pra-kehamilan, perubahan anatomi umumnya memakan waktu hingga 3 bulan pascapartum mereda.
    Fungsi ginjal dalam kehamilan
    • Nilai dianggap normal ketika tidak hamil dapat mencerminkan fungsi ginjal menurun pada kehamilan. Kreatinin atas 75 umol / L dan urea di atas 4,5 mmol / L adalah indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. 1
    •  Penggunaan perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) tidak dianjurkan pada kehamilan. 2
    • Glikosuria adalah umum dan biasanya tidak menunjukkan diabetes atau toleransi glukosa terganggu .
    • Ekskresi protein urin meningkat selama kehamilan, tetapi tidak pernah lebih dari 300 mg / hari dan, oleh karena itu, terang-terangan proteinuria adalah abnormal.
    • Perempuan pada peningkatan risiko infeksi saluran kemih (ISK) karena dilatasi saluran ginjal menyebabkan stasis urin.
    Proteinuria dan hematuria 2
    • Wanita dengan +1 (atau lebih) proteinuria dipstik positif dalam adanya infeksi harus memiliki tingkat proteinuria dihitung.
    • Dasar kuantifikasi proteinuria harus dengan 24-jam koleksi untuk protein urin dan oleh protein / kreatinin rasio (PCR). PCR alone may be used for follow-up. PCR sendiri dapat digunakan untuk tindak lanjut.
    • Ibu hamil dengan proteinuria persisten di atas 500 mg / hari didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu harus dirujuk segera ke nephrologist.
    • Wanita dengan sindrom nefrotik harus diberikan tromboprofilaksis dengan heparin pada kehamilan dan masa nifas .
    • Tingkat yang lebih rendah proteinuria dapat meningkatkan risiko tromboemboli vena dan juga mungkin memerlukan tromboprofilaksis pada kehamilan.
    • Mikroskopis terisolasi hematuria dengan ginjal struktural normal tidak perlu diselidiki selama kehamilan tetapi harus dievaluasi jika pengiriman berikut persisten. 2
    Infeksi saluran kemih
    • Bakteriuria asimtomatik ditemukan pada 2% wanita aktif secara seksual, dan lebih umum (hingga 7%) selama kehamilan.
    • Karena dilatasi calyces dan ureter yang terjadi pada kehamilan, 25% akan terus mengembangkan pielonefritis , yang dapat menyebabkan pembatasan pertumbuhan janin , kematian janin, dan persalinan prematur .
    • Pielonefritis adalah umum di sekitar 20 minggu dan dalam masa nifas.
    • Bakteriuria asimtomatik dan infeksi saluran kemih (ISK) pada kehamilan harus diobati dengan antibiotik. Antibiotik profilaksis harus diberikan untuk wanita dengan bakteriuria berulang atau UTI dan penyakit ginjal. 2
    • 20% perempuan mengalami pielonefritis dalam kehamilan yang mendasari kelainan ginjal dan saluran urogram intravena (IVU) atau USG pada 12 minggu setelah melahirkan harus dipertimbangkan.
    Kehamilan pada pasien dengan riwayat penyakit ginjal
    Wanita dengan kehamilan penyakit ginjal harus mempertimbangkan ditawarkan penilaian pra-kehamilan dan konseling oleh tim multidisiplin (yang harus mencakup dokter kandungan, dokter ginjal / obstetri dan bidan spesialis). 2
    • Untuk wanita dengan normal atau hanya sedikit penurunan fungsi ginjal pra-kehamilan (kreatinin serum di bawah 125 umol / l), hasil obstetri biasanya berhasil tanpa efek yang merugikan pada program jangka panjang dari penyakit mereka, tetapi ada peningkatan risiko komplikasi kehamilan seperti hipertensi dan pre-eklampsia (lihat artikel terpisah Hipertensi pada Kehamilan ). 2
    • Wanita dengan lebih gangguan ginjal berat lebih mungkin untuk menderita hipertensi, pre-eklampsia atau persalinan prematur, dan memiliki bayi yang kecil, keguguran atau penurunan fungsi ginjal ireversibel pada dalam jangka panjang. 1
    • Kehamilan sangat jarang pada wanita dengan stadium akhir gagal ginjal pada dialisis , untuk berbagai alasan; kebanyakan wanita tersebut subur. Kesuburan sering kembali dengan cepat setelah transplantasi ginjal sukses.
    • Jika perempuan pada dialisis tidak menjadi hamil, hasilnya biasanya miskin dengan resiko yang sangat tinggi keguguran, hipertensi berat, bayi kecil dan prematur. 3 Sebuah peningkatan 50% pada dialisis diperlukan. Hasil kelahiran hidup hanya sekitar 50%. Hasil lebih baik bagi mereka dengan transplantasi ginjal. 4
    • Obat-obatan, terutama antihipertensi agen, harus ditinjau pada wanita dengan penyakit ginjal yang ingin hamil. Prednisolon , azathioprine , ciclosporin dan tacrolimus tampaknya tidak dikaitkan dengan kelainan janin dan tidak harus dihentikan pada kehamilan. 2
    • Pada wanita hamil dengan penyakit ginjal, tekanan darah target yang harus di bawah 140/90 mm ​​Hg. 2
    • Wanita dengan penyakit ginjal harus ditawarkan aspirin dosis rendah sebagai profilaksis terhadap pre-eklampsia, dengan pengobatan dimulai dalam trimester pertama. 2
    Kehamilan-induced penyakit ginjal
    Perempuan ditemukan, atau diduga, penyakit ginjal pada kehamilan harus dirujuk ke nephrologist. 2
    Terkait dengan penyakit ginjal tertentu dalam kehamilan Masalah

    Document references Dokumen referensi
    1. Baylis C ; Impact of pregnancy on underlying renal disease. Baylis C ; Dampak kehamilan pada penyakit ginjal yang mendasarinya. Adv Ren Replace Ther. Adv Ren Ganti Ada. 2003 Jan;10(1):31-9. 2003 Jan; 10 (1) :31-9. [abstract] [Abstrak]
    2. Renal Disease in Pregnancy , Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, June 2008 Penyakit ginjal dalam Kehamilan , Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists, Juni 2008
    3. Sanders CL, Lucas MJ ; Renal disease in pregnancy. Sanders CL, Lucas MJ ; penyakit ginjal pada kehamilan. Obstet Gynecol Clin North Am. Obstet Gynecol Clin Utara Am. 2001 Sep;28(3):593-600, vii. September 2001; 28 (3) :593-600, vii. [abstract] [Abstrak]
    4. Marsh JE, Maclean D, Pattison JM ; Drugs in pregnancy. Marsh JE, Maclean D, Pattison JM ; Obat dalam kehamilan. Renal disease. Penyakit ginjal. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. Terbaik Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2001 Dec;15(6):891-901. Desember 2001; 15 (6) :891-901. [abstract] [Abstrak]

    ASKEB ATONIA UTERI



    TINJAUAN KASUS


    ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN
    ATONIA UTERI TERHADAP NY. U DI RB TIGA PUTRI
    PROVINSI BANGKA BELITUNG
    TANGGAL 5 OKTOBER 2007


    I.       Pengumpulan Data Dasar
    A.    Data Subyektif
    1.      Identitas/Biodata
    Nama               : Ny. Sukarni               Nama suami       : Tn. Suratno
    Umur               : 35 tahun                    Umur                  : 37 tahun
    Pendidikan      : SMU                         Pendidikan         : SPG
    Pekerjaan         : IRT                            Pekerjaan            : PNS
    Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia         Suku/Bangsa      : Jawa/Indonesia
    Alamat            : 22 Hadimulyo           Alamat               : 22 Hadimulyo
                              Jl. Bangka No. 05                                  Jl. Bangka No. 05

    2.      Anamnesa pada tanggal 5 Oktober 2007 pukul 09.00  WIB.
    a.       Keluhan Utama Saat Masuk
    Ibu mengatakan hamil anak ke 5 usia kehamilan 39 minggu. Mengeluh perutnya terasa mulas dan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak pukul 06.00 WIB serta mengeluarkan lendir bercampur darah dari kemaluannya sejak pukul 08.00 WIB.
    b.      Tanda-Tanda Persalinan
    Ibu datang tanggal 5 Oktober 2007 pukul 09.00 WIB. His ada 3 x / menit lamanya 30 detik. Ibu mengatkan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah, pengeluaran pervaginam berupa cairan lendir bercampur darah pukul 08.00 WIB.

    c.       Pengeluaran Pervaginam
    Pengeluaran lendir bercampur darah,tidak ada pengeluaran air ketuban.

    d.      Riwayat Kehamilan Sekarang
    a.  HPHT : 5 Januari 2007                    TP : 12 Oktober 2007
    b.  Haid sebelumnya teratur, lama 6-7 hari, siklus 28 hari.
    c.  ANC teratur, frekuensi : a)   TM I  1x ANC di bidan
    b)      TM II  1x ANC di bidan
    c)      TM III  2 x ANC di bidan
    e.       Riwayat Imunisasi
    a.  TT­1   : usia kehamilan 16 minggu di bidan
    b.  TT2   : usia kehamilan 20 minggu di bidan
    f.       Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
    Pergerakan janin aktif dan hampir setiap jam
    g.      Riwayat kehamilan atau persalinan yang lalu
    Hamil ke
    Tahun lahir
    Lama & jenis persalinan
    Penyakit komplikasi
    Pendong dan tempat
    BBT
    Keadaan anak
    1

    2

    3

    4
    1999

    2000

    2003

    2005
    Spontan pervaginam
    Spontan pervaginam
    Spontan pervaginam
    Spontan pervaginam
    Tidak ada

    Tidak ada

    Tidak ada

    Tidak ada

    Bidan

    Bidan

    Bidan

    Bidan
    Normal

    Normal

    Normal

    Normal
    Sehat

    Sehat

    Sehat

    Sehat

    h.      Makan dan Minum Terakhir
    Ibu terakhir makan pukul 08.00 dengan porsi sedang. Setelah his timbul, banyak minum air putih.
    i.        BAK dan BAB Terakhir
    Ibu telah BAB 1 kali pada pagi hari setelah bangun tidur pukul 05.00 WIB dengan BAK terakhir pukul 09.00 WIB.


    j.        Tidur dan Istirahat
    Setiap hari ibu tidur 7-8 jam perhari. Setelah muler-mules ibu tidak dapat beristirahat.
    k.      Status Psikologis
    a.       Status perkawinan    :  Sah, lama perkawinan 1 kali.
    b.      Status ekonomi        :  Ibu merasa cukup terpenuhi kebutuhan hidupnya.
    l.        Riwayat kesehatan
    a.  Ibu tidak pernah menderita penyakit menular/keturunan.
    b.  Di dalam keluarga ibu tidak ada keturunan gemelli/kembar.

    B.     Pemeriksaan
    1.      Pemeriksaan Umum
    1)      Keadaan umum ibu : baik
    2)      Kesadaran                : composmentis
    3)      Tanda vital
    TD    : 110/80 mmHg           Pols     : 80 x / menit
    RR    : 23 x / menit               Temp   : 370 C
    4)      Tinggi badan                                                : 157 cm
    5)      Berat badan :
    BB sebelum hamil                                        : 47 kg
    BB sesudah hamil                                        : 55 kg
    Kenaikan berat badan selama hamil             : 8 kg

    2.      Pemeriksaan Fisik
    1)      Kepala                               :    tidak ada benjolan dan lesi
    2)      Rambut                             :    kotor, berwarna hitam, ada ketombe dan mudah rontok
    3)      Muka                                 :     simetris, tidak pucat, ada cloasma gravidarum dan tidak ada oedema
    4)      Mata                                  :     simetris kanan-kiri, konjungtiva merah muda, fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, dan tidak ada oedema.
    5)      Hidung                              :     simetris kanan kiri, fungsi penciuman baik, bersih, dan tidak ada pembesaran polip.
    6)      Gigi dan mulut                  :     fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup, ada caries dan stomatitis, bibir pecah-pecah.
    7)      Telinga                              :     simetris kanan kiri, kebersihan cukup, tidak ada serumen fungsi pendengaran baik.
    8)      Leher :
    1)      vena jugularis              :     tidak ada pembengkakan
    2)      kelenjar tiroid              :     tidak ada pembesaran
    3)      kelenjar getah bening  :     tidak ada pembesaran

    9)      Dada                                 :     Simetris kanan kiri, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi dan wheezing dan jantung normal, tidak terdengar mur-mur.
    10)  Payudara                           :     Simetris kanan kiri, puting susu  menonjol, konsistensi lunak, pengeluaran kolostrum sudah ada, tidak ada benjolan dan tumor.
    11)  Punggung dan Pinggang   :     posisi tulang belakang tidak lordosis dan tidak ada nyeri pinggang.
    12)  Ekstermitas atas
    1.      Jari-jari                           : lengkap
    2.      Oedema tangan              : tidak ada
    3.      Kekuatan otot sendi       : tidak ada
    4.      Fungsi ektremitras          : baik
    5.      Kemerahan                     : tidak ada

    Estermitas bawah
    1.      Fungsi ekstermitas         : baik
    2.      Varises                           : tidak ada
    3.      Reflek patella                 : positif

    13)  Abdomen
    1.      Inspeksi
    1)      Bekas luka                : tidak ada
    2)      Konsistensi               : keras
    3)      Pembesaran              : sesuai usia kehamilan
    4)      Benjolan                   : tidak ada
    5)      Pembesaran liver      : tidak ada
    6)      Kandung kemih       : kosong

    2.      Palpasi
    1)      Leopold I                 : TFU 32 cm
    2)      Leopold II                : perut sebelah kanan ibu teraba paparan panjang dan luar yang berarti punggung. Pada perut sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin yang berarti ekstermitas.
    3)      Leopold III              : bagian terendah kepala.
    4)      Leopold IV              : bagian terendah sudah masuk PAP.
    5)      TBJ                           : (TFU – 11) x 155
                                           : 21 x 155 : 3255 gram
    3.      Auskultasi :
    Denyut jantung janin     : ada
    DJJ : 136 x/ menit

    14)  Genetalia
    1.      Inspeksi                             :  tidak ada oedema pada vulva dan vagina, perenium elastis, warna merah kebiruan, tidak ada fistula, ada bekas luka perineum dari persalinan yang lalu.
    2.      Pengeluaran pervaginam   : lendir bercampur darah.

    15)  Pemeriksaan Dalam
    Pemeriksaan dalam atas indikasi pemantauan persalinan pukul 09.00 WIB keadaan perineum elastis, seviks tebal dan tipis, dinding vagina tidak ada benjolan atau kelainan, pengeluaran pervaginaan lendir dan darah, pembukaan 3 cm, ketuban (+), presentasi fetus kepala, kepala di hodge II.

    II.          Interprestasi Data Dasar
    1.      Diagnosa
    G5P4A0  hamil 39 minggu, janin tunggal hidup, intrauterine, letak memanjang, posisi punggung kanan, presentasi kepala, inpartu kala I fase laten.Dasar:
    1)      Ibu mengatakan hamil anak ke 5
    2)      HPHT     : 5 Januari 2007
    3)      TP           : 12 Oktober 2007
    4)      Pada pemeriksaaan Leopold didapatkan hasil :
    1.      Leopold I        : TFU 3 jari bawah Px, fundus teraba bokong.
    2.      Leopold II       :  bagian sebelah kanan ibu teraba bagian keras panjang, bagian sebelah kiri ibu teraba bagian kecil (ekstermitas).
    3.      Leopold III     : bagian terendah teraba bagian kepala.
    4.      Leopold IV     : kepala sudah masuk PAP.
    5)      Hasil pemeriksaan dalam pukul 09.00 WIB
    Keadaan perineum elastis, serviks tebal dan tipis, pembukaan 3 cm, ketuban (+), kepala hodge II.

    2.      Masalah
    a.       Gangguna rasa nyeri
    Dasar :
    1)      Ibu terlihat gelisah dan kesakitan
    2)      Ibu mengatakan nyeri pada daerah sekitar pinggang menjalar sampai ke perut
    b.      Gangguan pola aktifitas
    Dasar : ibu terlihat tidak banyak bergerak

    3.      Kebutuhan
    1)      Penyuluhan tentang cara mengurangi rasa nyeri
    2)      Penyuluhan cara menggedan yang efektif
    3)      Penyuluhan tekhnik relaksasi
    4)      Pemberian support mental pada ibu
    5)      Pemberian pemenuhan cairan dan nutrisi pada ibu



    6)      Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman
    III.       Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
    Potensial terjadi atonia uteri
    Dasar : multiparitas tinggi

    IV.       Identifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera/kolaburasi
    Kolaborasi dengan dokter  bila ada komplikasi pada kala 1 dan proses persalinan                      
                                         
    V.          Rencana Manajemen
    1.      Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
    a.       Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini.
    b.      Jelaskan tentang kondisi bayinya saat ini
    c.       Jelaskan kemajuan persalinan
    2.      Ajarkan pada ibu
    a.       Teknik mengejan pada ibu
    b.      Teknik relaksasi dan pernafasan
    c.       Teknik mengurangi rasa nyeri
    3.      Pemberian informasi tentang proses persalinan
    a.       Jelaskan pada ibu tentang tahap-tahap persalinan yang akan dilaluinya.
    b.      Jelaskan pada ibu tentang posisi saat mengedan.
    c.       Jelaskan pada ibu tentang pentingya reposisi saat proses persalinan.
    4.      Anjurkan pada ibu untuk BAB dan BAK bila kandung kemih dan rectum terasa penuh.
    5.      Persiapan persalinan
    a.       Persiapan diri
    b.      Persiapan alat
    c.       Persiapan ibu
    d.      Persiapan keluarga
    6.      Anjurkan ibu minum dan makan makanan ringan
    7.      Yakinkan ibu bahwa persalinan akan lancer
    8.      Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan
    9.      Lakukan pengawasan kala dua/observasi dengan partograf


    VI.       Implementasi Langsung
    1.      Memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa :
    a.       Kondisi ibu saat ini telah memasuki proses persalinan dengan ada tanda-tanda persalinan yaitu mulas-mulas pada perut bagian bawah keluar lendir bewarna kecoklatan bercampur sedikit darah.
    b.      Kondisi bayinya sehat dengan posisi normal dan DJJ 136 x / menit
    c.       Proses persalinannya telah memasuki 3-4 cm
    2.      Mengajarkan ibu
    a.       Teknik mengejan pada ibu yaitu saat ada kontraksi mengejan dan nafas pendek-pendek
    b.      Teknik relaksasi dan pernafasan yaitu menggunakan pernafasan perut saat ada kontraksi/mengejan, kemudian relaksasi saat tidak ada kontraksi
    c.       Teknik mengurangi nyeri dengan memilih posisi yang nyaman bagi ibu
    3.      Memberikan informasi tentang proses persalinan
    a.       Menjelaskan pada ibu tentang tahap-tahap dalam persalinan yang akan dilaluinya
    b.      Menjelaskan pada ibu tentang posisi saat mengejan yang menguntungkan bagi ibu yaitu miring dan setengah duduk
    4.      Menganjurkan ibu untuk BAB dan BAK bila kandung kemih dan rectum terasa penuh 
    5.    Melakukan persiapan persalinan
    a.       Persiapan diri dengan menggunakan alat pelindung diri yaitu mitela, kacamata, masker, celemek, sepatu boat dan sarung tangan kemudian cuci tangan
    b.      Persiapan alat untuk menolong persalinan yang sudah di DTT yaitu partus set : gunting umbilicus, gunting episiotomi, klem tali pusat, setengah kocher,  sarung tangan, kateter nelaton. Heating set : nal puder, cutget, pinset anotomi dan klem  serta alat resusitasi
    c.       Persiapan ibu dengan menempatkan ibu pada ruangan yang nyaman.
    d.      Persiapan keluarga dengan memberikan informasi tentang tindakan yang mungkin akan dilakukan dan membuat persetujuan / informed consent
    6.   Menganjurkan ibu minum dan makan makanan ringan
    7.   Meyakinkan ibu bahwa persalinan akan lancar
    8. Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu dengan menemani ibu sesuai dengan keinginannya dan berdoa agar proses persalinan berjalan dengan baik
    9.   Menjaga lingkungan tetap bersih untuk pencegahan infeksi
    10. Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
    a.       DJJ, pols, his : setiap 30 menit
    b.      Pembukaan serviks, penurunan bagian terendah, ketuban, moulage, TD : setiap 4 jam / perindikasi
    VII.    Evaluasi
    1.      Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini bahwa ibu sedang menjalani proses persalinan
    2.      Alat-alat persalinan telah disterilisasi dan siap digunakan untuk menolong persalinan
    3.      Alat genetalia externa ibu terlihat cukup bersih
    4.      Ibu berada di ruangan yang nyaman
    5.      Melakukan pemeriksaan vital dengan hasil yaitu :
    TD    : 110/80 mmHg                       RR       : 23 x / menit
    Pols : 80 x / menit                           Temp   : 37,00C
    6.      Melakukan pengawasan kala I
    7.      Ibu yakin persalinan akan berjalan lancar dengan didampingi suami dan keluarga
    8.      Ibu menjadi tenang setelah diberi penjelasan tahap-tahap persalinan yang akan ibu jalani
    9.      Kandung kemih dan kandung rectum telah kosong
    10.  Ibu terlihat tenang dengan posisi tidur miring dan mengelus-ngelus punggung dan perut ibu
    11.   Ibu mengerti cara mengedan yang baik bila his / kontraksi timbul
    12.  Ibu telah menghabiskan nutrisi yang diberikan
    13.   Hasil observasi DJJ 136 x / menit

    Kala II
    Tanggal 5 Oktober 2007 pukul 14.00 WIB
    S                   :     1.   Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengejan
                               2.   Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama merambat dari pinggang ke perut bagian bawah

    O                  :     1.   Keadaan umum : baik               Kesadaran       : composmentis
                               2.   Tanda-tanda vital
                                     - TD : 120/80 mmHg                  Pols     : 80 x / menit
                                     - RR : 24 x / menit                     Temp   : 370C
                               3.   His 4 x /10 menit, teratur lamanya > 45 detik
                               4.   DJJ 134 x / menit, teratur
                               5.   Keadaan kandung kemih kosong
                               6.   Pengeluaran dari vagina blood slym yang semakin banyak
                               7.   Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
                               8.   Pada Pemeriksaan dalam pukul 14.00 WIB didapatkan :
                                     a. Dinding vagina tidak ada kelainan
                                     b. Portio lunak, perineum elastis, serviks tebal dan lembut
                                     c. Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
                                     d. Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di hodge IV
                                     e. Ketuban jernih.

    A                  :     1.   Diagnosa
                                     G5P4A0 hamil 39 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, inpartu kala II fase aktif
                                     Dasar
    1.      Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa ingin BAB
    2.      His ada dengan frekuensi 4 x / 10 menit lamanya > 45 detik
    3.      Pada inspeksi tampak anus mengembang, perineum menonjol dan vulva membuka
    4.      DJJ : 136 x / menit, punctum maksimum 3 jari di bawah pusat sebelah kanan
    5.      Pada pemeriksaan dalam pukul 14.00 WIB, di dapat portio tidak teraba, ketuban sudah pecah, pembukaan lengkap 10 cm, presentasi kepala UUK kanan depan, penurunan bagian terendah 0/5 hodge IV
                               2.   Masalah
                                     1. Ibu cemas menghadapi persalinan
                                     2. Nyeri His
                                     Dasar :
    1)      Ibu memasuki kala II persalinan
    2)      Ibu mengatakan nyeri semakin kuat
    3)      Kebutuhan
    a.       Beri asuhan pertolongan persalinan normal
    0.      Cara mengejan yang baik
    1.      Pernafasan saat his
    2.      Relaksasi
    3.      Pertolongan persalinan
    b.      Informasi tentang kondisi ibu saat ini
    c.       Dukungan psikologi

    P                   :     1.   Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap) dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya
                               2.   Memberikan asuhan pertolongan persalinan normal
    a)      Pimpin ibu untuk meneran : ibu boleh mengedan pada waktu timbul his, seperti orang BAB keras di bawah ini, kepala melihat ke fundus tangan merangkul kedua pahanya dan jangan bersuara saat meneran sampai his hilang
    b)      Anjurkan ibu untuk bernapas yang baik selama persalinan pada saat his hilang anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluarkan melalui mulut dan beri minum diantara his, serta pada saat his untuk menarik nafas pendek
                               3.   Menolong melahirkan bayi
    1)      Ketika kepala crowing, letakkan tangan kiri pada kepala bayi pada kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal yang terlalu cepat,  sementara tangan kanan mensupport perineum
    2)      Ketika kepala bayi lahir seluruhnya, lap wajah bayi dan mulut dengan kassa steril
    3)      Periksa apakah ada lilitan tali pusat
    4)       Menunggu sambil membantu putaran paksi luar letak memanjang
    5)      Letakkan tangan secara biparental, kemudian tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian tarikan lembut ke atas menyesuaikan sumber jalan lahir untuk melahirkan bahu belakang
    6)      Lahirkan bayi seluruhnya pukul 14.20 WIB
    7)      Bersihkan mulut bai dengan menggunakan kassa steril untuk membebaskan jalan nafas
    8)      Keringkan bayi, klem tali pusat dan potong tali pusat kemudian ikat tali pusat
    9)      Antropometri
          BB                            : 3000 gram     Anus                : (+)
    PB                            : 48 cm                        Cacat               : (-)
    Jenis kelamin            : perempuan     Nilai APGAR             : 7-8
    10)  Kenakan pakaian bayi dan bedong
    11)  Memastikan adanya bayi kedua atau tidak
    12)  Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan dukungan pada ibu
    Kala III
    Tanggal 5 Oktober 2007 pukul 14.30 WIB
    S                   :     1.   Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
                               2.   Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
    O                  :     1.   Bayi lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin perempuan
                               2.   Ibu tampak senang dan bahagia
                                     TD          : 110/70 mmHg           Pols     : 85 x / menit
                                     RR          : 20 x / menit               Temp : 37,20 C
                               3.   Plasenta belum lahir
                               4.   Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
                                     a. Bentuk uterus berubah jadi bulat/globuler
                                     b. Uterus naik
                                     c. Tali pusat mamanjang
                                     d. Ada pengeluaran darah, baik semburan/mengalir
                                     e. perdarahan + 150 cc
                               5.   Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir
                               6.   Keadaan kandung kemih kosong
    A                  :     a.   Diagnosa
                                     P5A0 partus spontan pervaginam, inpartu kala III
                                     Dasar
    1)      Bayi lahir pukul 14.20 WIB
    2)      Plasenta belum lahir

                               b.   Masalah
                                     Gangguan rasa nyaman, ibu cemas karena proses persalinan belum selesai.
                               c.   Kebutuhan
                                     1) Memberikan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar
                                     2) Melakukan PTT
                                     3) Masasse fundus

    p                   :     1.   Jelaskan kondisi ibu saat ini
                               2.   Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
                               3.   Lakukan manajement aktif kala III
                               4.   Beri suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 paha atas bagian luar
                               5.   Lakukan peregangan tali pusat terkendali saat ada kontraksi dengan tekanan dorso-cranial
                               6.   Membantu kelahiran  plasenta
                               7.   Masasse fundus uteri selama 15 detik
                               8.   Periksa apakah plasenta dan kotiledon lengkap
                                     Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 14.30 WIB
    a.       Kotiledon dan selaput utuh
    b.      Panjang tali pusat     : 40 cm
    c.       Lebar plasenta          : 14 cm
    d.      Berat plasenta          : 500 mg
    e.       Tebal plasenta          : 3 cm
    f.       Insersi                       : marginal
                               9.   Memeriksa ada/tidaknya robekan jalan lahir dan tidak ada robekan jalan lahir
                               10. Melakukan vulva hygiene, bersihkan daerah perineum ibu
                               11. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan dukungan pada ibu
    Kala IV
    Tanggal 5 Oktober 2007 14.45 WIB
    S                   :     1.   Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi perempuannya
                               2.   Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
    O                  :     1.   Keadaan umum ibu        : baik
                               2.   Kesadaran                      : composmentis
                               3.   Tanda-tanda vital
                                     TD          : 100/70 mmHg           Pols     : 90 x / menit
                                     RR          : 24 x / menit               Temp   : 37,20 C
                               4.   TFU 2 jari di bawah pusat
                               5.   Keadaan kandung kemih kosong
                               6.   Tidak terdapat robekan jalan lahir
                               7.   Perdarahan pervaginam 400 cc
                               8. Uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta lahir uterus tidak berkontraksi
                               9.   Pengeluaran lochea rubra
    A                  :     1.   Diagnosa
                                     P5A0 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
                                     Dasar :
    1)      Ibu partum spontan pervaginam pukul 14.20 WIB
    BB                            : 3000 gram
    PB                            : 48 cm
    Jenis kelamin            : perempuan
    2)      Plasenta lahir lengkap pukul 14.30 WIB
    3)      Uterus teraba lembek, kontraksi uterus tidak ada
    4)      Perdarahan 400 cc
                               2.   Masalah
                                     Uterus tidak berkontraksi
                              
                                     Dasar :
    1)      Uterus teraba lembek, kontraksi uterus tidak ada
    2)      Ada pengeluaran darah yang terus mengalir dari uterus
    3)      Ibu mengeluh badan merasa lemah.
    4)      Perdarahan 400 cc
                               3.   Kebutuhan
    1)      Penghentian perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI), kalau tidak timbul kontraksi lakukan kompresi bimanual eksternal (KBE)
    2)      Penggantian cairan tubuh yang hilang
    3)      Pemenuhan nutrisi dan cairan tubuh
    4)      Pemantauan kala IV

    P                   :     1.   Lakukan messase fundus setelah plasenta lahir (maksimal 15 detik)
                               2.   Hentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit
    a.       Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus  ke dalam vagina ibu
    b.      Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri langsung bersihkan, mungkin hal ini yang menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh
    c.       Kepalkan tangan dalam dan tempatkan  pada forniks anterior tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang
    d.      Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi
    e.       Evaluasi keberhasilan :
    1)      Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina dan pantau kondisi ibu secara ketat selama kala IV
    2)      Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa ulang perenium, vagina, dan seviks apakah terjadi laserasi.Jika demikian,segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan
    3)      Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanul eksternal :
    1.      Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis pubis
    2.      Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri ,sejajar dengan dinding depan korpus uteri.Usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin
    3.      Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman myometrium dapat dijepit secara manul.Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi
                               3.   Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600 -1000 mcg per rectal.Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karna ergometrin dapat menaikkan tekanan darah
                               4.   Pasang infuse dengan jarum ukuran 16 atau 18, berikan infuse RL 500 + 20 unit oksitosin guyur dalam waktu 10 menit
                               5.   Pakai sarung tangan steril dan ulangi KBI
                               6.   Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV
                               7.   Dan jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan dampingi ibu ketempat rujukan
                               8.  Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc / jam hingga tiba ditempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus.Kemudian berikan 125 cc / jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup , berikan 55cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi